Virus dapat menjadi sumber penyakit bagi semua makhluk hidup, tidak terkecuali hewan. Penyakit yang ditimbulkan oleh virus dapat menyebar dengan cepat dan menyebabkan epidemik, bahkan pandemik. Apabila tidak ditangani, virus-virus ini dapat menimbulkan bencana kelaparan bagi manusia.
Daftar isi
Bab ini membahas virus penyebab penyakit pada hewan, seperti: (1) H5N1 yang menyebabkan flu burung atau Avian Influenza; (2) Newcastle disease virus (NDV) yang menyebabkan penyakit tetelo; (3) Foot-and-mouth disease virus (FMDV) yang menyebabkan penyakit kuku dan mulut pada ternak; dan (4) Rinderpest virus yang menyebabkan penyakit pes sapi.
Influenza A virus subtipe H5N1
Pada artikel virus penyebab penyakit pada manusia, kita telah membahas ada tiga tipe virus influenza, yaitu tipe A, B, dan C. H5N1 ini adalah virus influenza tipe A yang sangat berbahaya, terlebih lagi virus ini menyebabkan epizootik (epidemik pada hewan) dan panzootik (berdampak pada hewan-hewan dari berbagai spesies, pada wilayah yang luas). H5N1 juga telah membunuh jutaan burung, sehingga media menamai penyakit ini dengan flu burung.
Tanda-tanda klinis H5N1 pada burung bervariasi dari mulai gejala ringan, seperti: penurunan produksi telur, pilek, batuk dan bersin. Juga gejala parah, seperti: hilangnya koordinasi, energi, dan nafsu makan; cangkang telur lunak atau cacat; perubahan warna ungu dari pial, kepala, kelopak mata, sisir, dan lutut kaki; dan diare. Kadang-kadang tanda yang pertama terlihat adalah kematian mendadak. Selain itu, virus ini juga memiliki tingkat mutasi yang tinggi. [1]
Foot-and-mouth disease virus (FMDV)
FMDV adalah virus penyebab penyakit kuku dan mulut pada hewan ternak. Virus ini termasuk dalam kelompok (+)ssRNA, family Picornaviridae, genus Aphthovirus. Virus ini menyebabkan demam tinggi selama dua atau tiga hari, diikuti oleh lecet di dalam mulut dan pada kaki yang dapat pecah dan menyebabkan cacat. Hewan dewasa mungkin menderita penurunan berat badan yang tidak dapat pulih selama beberapa bulan, serta pembengkakan di testis hewan jantan, dan pada sapi, produksi susu dapat menurun secara signifikan.
Penyakit kuku dan mulut (FMD) memiliki implikasi yang parah untuk peternakan, karena sangat menular dan dapat disebarkan oleh hewan yang terinfeksi melalui aerosol, melalui kontak dengan peralatan pertanian yang terkontaminasi, kendaraan, pakaian, atau pakan, dan oleh predator domestik ataupun liar. Penanggulangan penyakit ini membutuhkan usaha yang besar dalam vaksinasi, pengawasan ketat, pembatasan perdagangan, karantina, dan kadang-kadang membunuh hewan yang terinfeksi. Hewan yang rentan penyakit ini adalah sapi, kerbau, domba, kambing, babi, kijang, rusa, dan bison. [2]
Newcastle disease virus (NDV)
Newcastle disease virus (NDV) merupakan virus penyebab Newcastle disease (ND) atau biasa dikenal dengan penyakit tetelo pada unggas. Virus ini termasuk dalam kelompok (-)ssRNA, family Paramyxoviridae, genus Avulavirus. Tanda-tanda infeksi NDV sangat bervariasi karena bergantung dengan banyak faktor, seperti strain virus, tingkat kesehatan, umur, dan spesies inangnya. Periode inkubasi juga bervariasi dari dua sampai 15 hari. Unggas yang terinfeksi dapat menunjukkan beberapa tanda-tanda, seperti tanda-tanda pernapasan (terengah-engah, batuk), tanda-tanda gugup (depresi, tidak nafsu makan, tremor otot, sayap terkulai, memutar kepala dan leher, berputar-putar, kelumpuhan), pembengkakan jaringan di sekitar mata dan leher, kehijauan, diare berair, telur yang cacar, dan penurunan produksi telur.
Penyebaran NDV terutama terjadi melalui kontak langsung antara unggas sehat dan kotoran unggas yang terinfeksi, dan sekresi dari hidung, mulut, dan mata. NDV menyebar dengan cepat di antara unggas yang dipelihara di dalam kurungan, seperti ayam yang diternakkan untuk tujuan komersial. NDV hanya menimbulkan sedikit konjungtivitis dan flu, serta tidak berbahaya bagi manusia, malah dapat digunakan untuk pengobatan kanker. [3]
Rinderpest virus
Rinderpest virus adalah virus penyebab penyakit rinderpest yang juga disebut pes sapi. Penyakit ganas ini menyerang sapi, kerbau domestik, dan beberapa spesies lain dari hewan berkuku genap (ungulata), termasuk kerbau liar, antelop besar, rusa, jerapah, rusa kutub, dan babi hutan. Rinderpest dipercaya berasal dari Asia, yang tersebar melalui perdagangan ternak. Penyakit ini juga dipercaya sebagai salah satu dari sepuluh tulah di Mesir (Plagues of Egypt) yang diceritakan dalam kitab suci Yahudi. Sekitar 3.000 BCE, wabah penyakit ini telah mencapai Mesir, dan rinderpest kemudian menyebar ke seluruh sisa benua Afrika oleh penjajahan bangsa Eropa. Virus rinderpest termasuk dalam kelompok (-)ssRNA, family Paramyxoviridae, genus Morbillivirus.
Wabah rinderpest pada tahun 1980an tercatat menimbulkan pandemik besar Afrika yang membunuh 80%-90% populasi sapi mulai dari Ethiopia sampai ke ujung Afrika Selatan. Hal ini menyebabkan kelaparan yang diperkirakan mengakibatkan kematian sepertiga populasi manusia di Ethiopia dan dua pertiga dari orang-orang Maasai di Tanzania. Penyakit ini ditandai dengan demam, erosi mulut, diare, tenesmus, nekrosis limfoid, dan tingkat kematian yang tinggi (mendekati 100%). Rinderpest terutama ditularkan melalui kontak langsung dan dengan meminum air yang terkontaminasi, walaupun bisa juga ditularkan melalui udara. Setelah kampanye pemberantasan global, kasus terakhir rinderpest yang dikonfirmasi didiagnosis pada tahun 2001. [4]
Kutip materi pelajaran ini:
Kontributor Tentorku, 2015, https://www.tentorku.com/virus-penyebab-penyakit-pada-hewan/ (diakses pada 21 Nov 2024).
Materi pelajaran ini bukan yang Anda butuhkan?
Anda bisa mengirimkan saran pada Tentorku di akun fb/twitter/google kami di @tentorku.
Topik dengan voting komentar terbanyak akan mendapatkan prioritas dibuatkan pembahasan.