Ide bahwa anggota masyarakat akan memperoleh manfaat dari spesialisasi pada "kemampuan" terbaik mereka, pertama kali dirumuskan secara tepat oleh David Ricardo, seorang ekonom dari Inggris. Menurut teori Ricardo yang disebut dengan Teori Keunggulan Komparatif (en: Ricardo’s theory of comparative advantage), spesialisasi dan perdagangan bebas akan memberikan manfaat untuk semua pihak yang melakukan perdagangan, meskipun beberapa pihak lebih efisien secara absolut dibandingkan dengan yang lain.[1]
Daftar isi
Pelajaran ini membahas: (1) Pengertian dan contoh keunggulan komparatif; (2) Pengertian dan contoh spesialisasi dalam ilmu ekonomi; dan (3) Pengertian dan contoh keunggulan absolut/mutlak.
Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage)
Suatu produsen (individual, perusahaan, atau negara) memiliki keunggulan komparatif (en: comparative advantage) apabila produsen tersebut dapat memproduksi suatu produk barang atau jasa pada biaya kesempatan (en: opportunity cost) yang lebih rendah dari produsen lainnya. Dengan kata lain, keunggulan komparatif adalah kemampuan produsen untuk menghasilkan barang atau jasa pada biaya kesempatan yang lebih rendah dari produsen yang lain. [1][2][3]
Kunci untuk menentukan siapa yang memiliki keunggulan komparatif adalah dengan membandingkan biaya kesempatan individual. Berikut ini adalah contohnya:
Tabel Biaya Kesempatan
PILIHAN | PRODUKSI HARIAN | |
---|---|---|
Artikel (lembar) | Baju (potong) | |
Bambang | 4 | 1 |
Slamet | 1 | 4 |
Perhatikan tabel di atas. Bambang memiliki keunggulan komparatif dalam produksi artikel karena ia hanya kehilangan 1 potong baju untuk menghasilkan 4 lembar artikel. Bandingkan dengan Slamet yang kehilangan 4 potong baju untuk menghasilkan 1 lembar artikel. Dengan perhitungan yang sama, Slamet memiliki keunggulan komparatif dalam produksi baju.
Tabel Hasil Produksi (Tanpa Perdagangan)
PILIHAN | PRODUKSI BULANAN | |
---|---|---|
Artikel (lembar) | Baju (potong) | |
Bambang | 60 | 15 |
Slamet | 15 | 60 |
Asumsi produksi bulanan tabel di atas adalah 15 hari untuk artikel dan 15 hari untuk baju. Sehingga keduanya hanya dapat menghasilkan total 75 lembar artikel dan 75 lembar baju. Angka ini lebih kecil dibandingkan apabila mereka melakukan spesialisasi dan perdagangan. Perhatikan tabel berikut:
Tabel Hasil Produksi (Dengan Spesialisasi dan Perdagangan)
PILIHAN | PRODUKSI BULANAN (SEBELUM BARTER) | PRODUKSI BULANAN (SETELAH BARTER) | |||
---|---|---|---|---|---|
Artikel (lembar) | Baju (potong) | Artikel (lembar) | Baju (potong) | ||
Bambang | 120 | 0 | 60 | 60 | |
Slamet | 0 | 120 | 60 | 60 |
Kali ini, Bambang dan Slamet hanya melakukan produksi pada keunggulan komparatif mereka. Akibatnya, mereka dapat berproduksi dengan lebih efisien dan input meningkat. Akan tetapi, terjadi kelangkaan karena terdapat produk yang nol (Bambang kekurangan baju dan Slamet kekurangan artikel). Setelah adanya perdagangan, Bambang dapat menukar 60 lembar artikel dengan 60 potong baju dari Slamet. Keduanya kemudian dapat menghasilkan total 120 lembar artikel dan 120 potong baju (tanpa kelangkaan).
Spesialisasi dalam Ilmu Ekonomi
Spesialisasi adalah metode produksi di mana bisnis, wilayah, atau ekonomi berfokus untuk menghasilkan produk barang atau jasa dalam lingkup terbatas, untuk mendapatkan tingkat efisiensi produktif yang lebih besar.[4]
Banyak negara mengkhususkan dalam menghasilkan barang dan jasa yang "alamiah" berdasarkan lokasi mereka di dunia, kemudian mereka akan melakukan perdagangan untuk barang dan jasa yang lain. Di mana ada spesialisasi, sudah seharusnya ada perdagangan, dan pasar adalah institusi di mana perdagangan terjadi.[1]
Apabila kita tinjau dari contoh Bambang dan Slamet sebelumnya, maka Bambang berspesialisasi pada produk yang ia kuasai, yaitu artikel; dan Slamet berspesialisasi pada produk yang juga ia kuasai, yaitu baju. Kemudian, keduanya akan lebih baik dengan melakukan perdagangan.
Spesialisasi sempurna terjadi ketika setiap individu, perusahaan, atau negara, hanya memproduksi produk yang memiliki keunggulan komparatif, dan bergantung dengan perdagangan untuk mendapatkan produk lain yang mereka butuhkan.[3]
Keunggulan Absolut/Mutlak (Absolute Advantage)
Suatu produsen (individual, perusahaan, atau negara) memiliki keunggulan mutlak (en: absolute advantage) apabila produsen tersebut dapat memproduksi lebih banyak suatu produk barang atau jasa dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit. Dengan kata lain, keunggulan absolut adalah kemampuan produsen untuk menghasilkan lebih banyak barang atau jasa dibandingkan produsen yang lain, apabila mereka menggunakan jumlah sumber daya yang sama.[1][2][3] Konsep keunggulan mutlak ini dipelopori oleh Adam Smith pada akhir abad ke-18 sebagai bagian dari merkantilisme.
Pada contoh Bambang dan Slamet sebelumnya, terlihat jelas mereka memang memiliki bakat yang berbeda. Bambang lebih efisien dalam membuat artikel, dan Slamet lebih efisien dalam membuat baju. Sehingga perdagangan sangat jelas dapat memberikan manfaat bagi mereka.
Akan tetapi, ketika suatu produsen memiliki keunggulan absolut dibandingkan dengan produsen yang lain, apakah perdagangan tetap dapat menguntungkan mereka? Menurut David Ricardo, perdagangan tetap menguntungkan pihak-pihak yang memiliki keunggulan absolut. Mari kita coba buktikan:
Tabel Biaya Kesempatan (2)
PILIHAN | PRODUKSI HARIAN | |
---|---|---|
Mobil (juta) | Sepatu (juta ton) | |
Amerika | 10 | 10 |
Indonesia | 4 | 8 |
Terlihat bahwa Amerika memiliki keunggulan absolut produksi mobil dan sepatu dibandingkan dengan Indonesia. Kita pasti berpikir untuk apa Amerika mau berdagang dengan Indonesia apabila mereka unggul dalam kedua produk di atas. Namun kita akan melanjutkan diskusi kita. Tabel berikut berasumsi Amerika berproduksi 15 hari untuk mobil dan 15 hari untuk sepatu, sedangkan Indonesia berproduksi 20 hari untuk mobil dan 10 hari untuk sepatu:
Tabel Hasil Produksi (Tanpa Perdagangan) (2)
PILIHAN | PRODUKSI BULANAN | |
---|---|---|
Mobil (juta) | Sepatu (juta ton) | |
Amerika | 150 | 150 |
Indonesia | 80 | 80 |
Kemudian dengan menggunakan asumsi Amerika 27 hari produksi mobil dan 3 hari produksi sepatu, sedangkan Indonesia 30 hari produksi sepatu; bandingkan dengan tabel yang melakukan spesialisasi dan perdagangan:
Tabel Hasil Produksi (Dengan Spesialisasi dan Perdagangan) (2)
PILIHAN | PRODUKSI BULANAN (SEBELUM BARTER) | PRODUKSI BULANAN (SETELAH BARTER) | ||
---|---|---|---|---|
Mobil (juta) | Sepatu (juta ton) | Mobil (juta) | Sepatu (juta ton) | |
Amerika | 270 | 30 | 170 | 170 |
Indonesia | 0 | 240 | 100 | 100 |
Dengan asumsi bahwa Amerika mau menukar 100 juta mobil untuk mendapatkan 140 juta ton sepatu, terlihat bahwa Amerika dan Indonesia mendapatkan +20 juta mobil dan +20 juta ton sepatu. Sangat jelas kedua negara ini mendapatkan manfaat dari spesialisasi dan perdagangan.
Kutip materi pelajaran ini:
Kontributor Tentorku, 2016, https://www.tentorku.com/spesialisasi-keunggulan-komparatif-absolut/ (diakses pada 21 Nov 2024).
Materi pelajaran ini bukan yang Anda butuhkan?
Anda bisa mengirimkan saran pada Tentorku di akun fb/twitter/google kami di @tentorku.
Topik dengan voting komentar terbanyak akan mendapatkan prioritas dibuatkan pembahasan.