Hukum permintaan (en: the law of demand) adalah hubungan terbalik antara harga dengan jumlah barang yang diminta. Berdasarkan hukum ini, apabila harga meningkat, maka jumlah barang yang diminta menurun. Sebaliknya apabila harga menurun, maka jumlah barang yang diminta meningkat. Istilah hukum permintaan ini pertama kali digunakan oleh seorang ekonom yang bernama Alfred Marshall dalam bukunya pada tahun 1890.[1] Satu hal yang patut kita ingat, hukum ini berlaku apabila semua hal lain (selain harga) kita anggap tetap atau konstan (ceteris paribus).
Daftar isi
Pelajaran ini membahas: (1) Kurva permintaan individu dan kurva permintaan pasar; (2) Tiga alasan bentuk kurva permintaan miring ke bawah, yaitu: efek substitusi, efek penghasilan, serta hukum nilai guna marjinal yang semakin berkurang; (3) Pergerakan sepanjang kurva permintaan; dan (4) Pergeseran kurva permintaan.
Kurva Permintaan Individu dan Kurva Permintaan Pasar
Dari pembahasan kurva permintaan sebelumnya, kita ingat bahwa kurva permintaan adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara harga barang dengan jumlah barang yang diminta. Atau dengan kata lain, kurva permintaan ini menampilkan grafik dari daftar permintaan. Contoh kurva permintaan mie instan pada pembahasan lalu merupakan kurva permintaan individu.
Ketika kita berbicara mengenai kurva permintaan, maka dalam ilmu ekonomi nantinya kita akan lebih banyak merujuk pada kurva permintaan pasar. Kurva permintaan pasar dapat dicari dengan menjumlahkan seluruh jumlah barang yang diminta oleh semua individu pada tiap harga.[2] Perhatikan daftar permintaan mie instan di bawah ini. Daftar permintaan ini mengandaikan suatu wilayah hanya dihuni oleh Bambang, Paijo, dan Susi. Sehingga untuk mencari kurva permintaan pasar di wilayah tersebut, kita cukup menjumlahkan permintaan ketiga orang tersebut pada tiap harga. Proses penjumlahan perilaku individu ini disebut dengan agregasi (en: aggregation).[3]
Daftar Permintaan Mie Instan
Pilihan | Harga (Rp per Unit) | Jumlah Permintaan Bambang (Unit per Minggu) | Jumlah Permintaan Paijo (Unit per Minggu) | Jumlah Permintaan Susi (Unit per Minggu) | Permintaan Pasar (Unit per Minggu) |
---|---|---|---|---|---|
A | 5.000 | 9 | 7 | 3 | 19 |
B | 4.000 | 10 | 8 | 4 | 22 |
C | 3.000 | 12 | 10 | 6 | 28 |
D | 2.000 | 15 | 13 | 9 | 37 |
E | 1.000 | 20 | 17 | 13 | 50 |
Alasan Bentuk Kurva Permintaan Miring ke Bawah
Hukum permintaan kadang disebut juga dengan hukum permintaan yang miring ke bawah (en: the law of downward-sloping demand). Selain karena pengetahuan umum, terdapat alasan-alasan logis mengapa bentuk kurva permintaan miring ke bawah. Alasan-alasan tersebut adalah efek substitusi, efek penghasilan, dan hukum nilai guna marjinal yang semakin berkurang.[1][2][4]
Efek Substitusi (en: Substitution Effect)
Efek substitusi adalah perubahan jumlah barang yang hendak dibeli ketika harga barang tersebut berubah, dengan asumsi harga barang lain dan tingkat kegunaan barang tetap. Dengan kata lain, perubahan harga (yang lebih mahal) memotivasi konsumen untuk membeli barang substitusi dengan harga yang lebih murah untuk mencapai tingkat kegunaan yang sama. Misalnya ketika harga daging sapi naik, masyarakat akan membeli daging ayam. Ini merupakan alasan mengapa semakin mahal suatu produk, permintaan menjadi semakin berkurang.
Efek Penghasilan (en: Income Effect)
Efek penghasilan adalah perubahan jumlah barang yang hendak dibeli oleh konsumen akibat perubahan daya beli (en: purchasing power), dengan asumsi harga barang lain tetap. Dengan kata lain, perubahan harga mempengaruhi daya beli konsumen. Ketika harga suatu barang turun, konsumen dapat membeli barang tersebut dan masih memiliki sisa untuk membeli barang yang lain (atau barang yang sama dengan jumlah yang lebih banyak). Sebaliknya ketika harga suatu barang naik, konsumen tidak lagi mampu membeli barang tersebut (atau masih dapat membeli dengan jumlah yang lebih sedikit). Ini merupakan alasan mengapa semakin mahal suatu produk, permintaan menjadi semakin berkurang. Sebaliknya, semakin murah suatu produk, permintaan menjadi semakin meningkat.
Hukum Nilai Guna Marjinal yang Semakin Berkurang (en: Law of Diminishing Marginal Utility)
Hukum nilai guna marjinal yang semakin berkurang menyatakan bahwa ketika kita terus mengkonsumsi produk yang sama, kita akan mendapatkan tambahan manfaat (kepuasan) yang semakin berkurang untuk setiap unit yang kita konsumsi. Oleh karena itu, setiap kita lebih banyak mengkonsumsi suatu barang, keinginan kita untuk membayar tambahan unit barang juga semakin berkurang.[5][1][3] Sebagai contoh, misalnya saja kita mengkonsumsi mie instan. Satu bungkus pertama akan terasa nikmat dan kita mendapatkan tambahan manfaat (kepuasan). Satu bungkus berikutnya kita masih akan mendapatkan tambahan manfaat, tetapi tidak terasa senikmat bungkus pertama. Pada akhirnya, tambahan satu bungkus berikutnya kita mulai merasa tidak mendapatkan tambahan manfaat, sehingga kita enggan untuk membeli lagi. Hukum ini sering disebut sebagai Hukum Gossen yang pertama.
Ketiga hal di atas: substitution effect, income effect, dan law of diminishing marginal utility; adalah hal-hal yang membuat bentuk kurva permintaan miring ke bawah.
Pergerakan Sepanjang Kurva Permintaan (en: Movement Along the Curve)
Pergerakan sepanjang kurva permintaan maksudnya adalah pergerakan dari suatu titik ke titik lain dalam kurva permintaan yang sama setelah terjadi perubahan harga. Apabila terjadi perubahan harga, maka akibatnya adalah terjadi perubahan jumlah barang yang diminta (bukan perubahan permintaan).[2] Perhatikan gambar berikut:
Pada garis a perubahan harga dari Rp. 5.000,- ke Rp. 4.000,- menyebabkan jumlah barang yang diminta naik dari 19 unit ke 22 unit. Pada garis b perubahan harga dari Rp. 1.000,- ke Rp. 3.000,- menyebabkan jumlah barang yang diminta turun dari 50 unit ke 28 unit. Pergerakan pada kurva permintaan yang sama karena perubahan harga inilah yang disebut dengan pergerakan sepanjang kurva. Pergerakan ini tidak membentuk kurva permintaan baru.
Pergeseran Kurva Permintaan(en: Shifting the Curve)
Di awal kita sudah menegaskan bahwa hukum permintaan berlaku apabila semua hal lain (selain harga) kita anggap tetap atau konstan (ceteris paribus). Pada bagian ini kita akan membahas sebagian dari "hal-hal lain" itu apabila berubah. Kurva permintaan dapat bergeser apabila salah satu dari faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan (en: determinants of demand) berubah. Faktor-faktor tersebut adalah:[6]
Artikel utama: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan.
- Penghasilan dan kekayaan.
- Harga dan ketersediaan barang atau jasa yang berhubungan.
- Jumlah pembeli.
- Selera.
- Harapan (peramalan) masa depan.
Perhatikan gambar pergeseran kurva permintaan berikut ini:
Kurva di bagian kiri adalah kurva permintaan ketika hanya ada satu pembeli pada pasar, yaitu Bambang (lihat daftar permintaan di atas). Karena jumlah pembeli adalah salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan, ketika pembeli bertambah menjadi total tiga pembeli (ditambah Paijo dan Susi), maka kurva akan bergeser ke kanan (terbentuk kurva permintaan baru). Garis c menunjukkan perbedaan jumlah barang yang diminta pada harga Rp. 3.000 dari 12 unit menjadi 28 unit.
Kutip materi pelajaran ini:
Kontributor Tentorku, 2016, https://www.tentorku.com/hukum-kurva-permintaan/ (diakses pada 21 Nov 2024).
Materi pelajaran ini bukan yang Anda butuhkan?
Anda bisa mengirimkan saran pada Tentorku di akun fb/twitter/google kami di @tentorku.
Topik dengan voting komentar terbanyak akan mendapatkan prioritas dibuatkan pembahasan.