Hewan berpori atau yang biasa dikenal dengan spons (en: sponges), adalah hewan dari filum Porifera. Ciri-ciri utama Porifera memiliki lubang kecil (pori-pori) agar air dapat masuk ke dalam tubuhnya. Penelitian terbaru (tahun 2009) menyatakan bahwa filum Porifera adalah monofiletik, akan tetapi status ini masih dalam perdebatan karena penelitian sebelumnya menyatakan parafiletik. Habitat hewan berpori tersebar luas dan sebagian besar hidup di air laut. Mereka lebih menyukai air yang tenang dan jernih, karena sedimen yang terangkat oleh ombak dapat menyumbat pori-pori mereka. Sedimen ini membuat hewan berpori kesulitan bernafas dan mencari makan. [1]
Daftar isi
Bab ini membahas (1) Struktur tubuh; (2) Respirasi, pencernaan, dan ekskresi; (3) Reproduksi; (4) Klasifikasi Porifera.
Struktur Tubuh Porifera
Walaupun memiliki sel-sel dengan tipe yang berbeda, tubuh hewan berpori tidak memiliki jaringan sejati serta tidak memiliki simetri. Spons juga tidak mempunyai lapisan embrionik seperti ektoderm dan endoderm karena tidak mengalami gastrulasi. [2] Atau dengan kata lain, Porifera bisa disebut sebagai hewan monoblastik. Hewan berpori tidak dianggap sebagai hewan sejati (Eumetazoa), tetapi dianggap sebagai hewan yang paling dasar (basal animals), karena berada di dasar pohon filogenetik hewan.
Porifera memiliki tubuh dengan ruang kosong atau berongga yang disebut spongosoel, dengan lubang keluar yang disebut oskulum. Tubuh hewan berpori yang kosong ini terikat oleh mesohil, zat seperti gel yang terbuat dari kolagen dan diperkuat oleh jaringan serat padat juga terbuat dari kolagen. Pada mesohil ini terdapat berbagai sel penyusun Porifera, sel-sel ini diantaranya: [1][3]
- Koanosit: merupakan sel-sel yang melapisi interior spongosoel. Koanosit merupakan sel flagelata berkerah, yang dengan gerakan flagelnya menggerakkan air agar dapat melewati tubuh Porifera.
- Porosit: merupakan sel seperti tabung yang membentuk saluran lubang masuk (ostium) dengan katup yang dapat ditutup.
- Pinakosit: sel seperti pelat lempeng yang membentuk satu lapis kulit di seluruh bagian mesohil yang tidak terlapisi oleh koanosit.
- Lofosit: sel seperti amoeba yang bergerak perlahan dalam mesohil dan mensekresikan serat-serat kolagen.
- Oosit dan spermatosit: sel-sel untuk reproduksi.
- Sklerosit: mensekresikan mineral spikula yang membentuk rangka dari berbagai jenis Porifera dan pada spesies tertentu untuk pertahanan diri dari predator.
- Spongosit: sel khusus pada Demospongia yang mensekresikan kolagen yang menjadi spongin, zat berserat tebal yang mengeraskan mesohil.
- Amoebosit (Arkeosit): sel seperti amoeba yang mampu berubah menjadi sel tipe lain, kemampuan ini disebut totipoten. Selain itu sel amoebosit memiliki peranan penting dalam pemberian makanan dan membersihkan kotoran yang menyumbat ostium.
Sistem Saluran Air Porifera
Hewan berpori bekerja seperti cerobong asap. Mereka mengambil air dari dasar dan mengeluarkannya dari mulut kecil (oskulum) yang berada di atas. Spons dapat mengendalikan efek hisapan dengan membuka atau menutup sebagian dan seluruh ostium atau oskulum, yang dibarengi dengan gerakan dari flagela. Terdapat tiga macam sistem saluran air Porifera, yaitu:
- Tipe askonoid: merupakan tipe saluran yang sederhana.
- Tipe sikonoid: merupakan tipe saluran yang berlekuk, dengan dinding tubuh seperti terlipat-lipat.
- Tipe leukonoid: merupakan tipe saluran yang rumit, dengan ruang-ruang yang dilapisi koanosit.
Respirasi, pencernaan, dan ekskresi
Hewan berpori tidak memiliki sistem sirkulasi, respirasi, pencernaan, dan eksresi khusus. Sistem saluran air melakukan semuanya untuk mereka. Hewan pada filum Porifera ini menyaring partikel-partikel makanan dari air yang melewati tubuh mereka.
Partikel berukuran besar yang tidak dapat masuk ke ostium dapat dimakan oleh pinakosit dengan fagositosis. Partikel berukuran kecil (dapat melewati ostium) dapat dimakan oleh pinakosit atau amoebosit yang mengeluarkan sebagian tubuh mereka melewati dinding ostium. Partikel berukuran bakteri melewati ostium dan ditangkap oleh koanosit. Partikel berukuran bakteri inilah yang paling banyak, sehingga koanosit umumnya menangkap 80% kebutuhan makanan spons. Amoebosit mengedarkan makanan dalam gelembung (vesikel) dari sel-sel yang dapat mencerna makanan secara langsung, kepada sel-sel yang tidak dapat melakukannya.
Sel-sel hewan berpori menyerap oksigen dengan difusi air ke dalam sel-sel, saat air mengalir ke dalam tubuhnya. Pada saat tersebut, karbondioksida dan zat sisa terlarut (seperti amonia) juga berdifusi dari sel-sel ke air. Amoebosit membersihkan partikel mineral yang menyumbat ostium, mengirimkannya melewati mesohil, dan lalu membuangnya pada arus air yang keluar. Pada beberapa spesies, partikel ini tidak dibuang, tetapi digunakan untuk menyusun rangka mereka. [1][4]
Reproduksi Porifera
Hewan berpori dapat berkembang biak dengan aseksual maupun seksual. Reproduksi aseksual hewan berpori dilakukan dengan fragmentasi, bertunas (budding), dan membentuk gemula. Gemula adalah mekanisme pertahanan hidup yang kebanyakan diproduksi ketika Porifera hampir mati. Spongosit membuat gemula dengan membungkus cangkang spongin, seringkali diperkuat dengan spikula, yang mengelilingi sekelompok arkeosit yang penuh dengan nutrisi. Gemula menjadi dorman dan dapat bertahan pada lingkungan yang dingin, kering, kekurangan oksigen, dan variasi kadar garam yang ekstrim. Ketika gemula berkecambah, kelompok arkeosit pada lingkaran luar berubah menjadi pinakosit, dan arkeosit lain berubah menjadi jenis sel-sel yang lain untuk membuat Porifera yang dapat berfungsi sepenuhnya.
Sebagian besar spons adalah hermafrodit, yang berarti setiap individu berfungsi sebagai individu jantan dan betina dengan memproduksi sel sperma dan sel telur. Hampir semua hewan berpori menunjukkan sifat hermafrodit sekuensial, artinya menjadi salah satu jenis kelamin terlebih dahulu, baru kemudian menjadi jenis kelamin yang lain setelahnya. Sel sperma dihasilkan oleh koanosit dan sel arkeosit berubah bentuk menjadi sel telur. Pada spesies tertentu sel telur juga dihasilkan oleh koanosit. Pembuahan silang dapat terjadi ketika sperma dilepaskan oleh Porifera yang berfungsi sebagai individu jantan, lalu membuahi sel telur Porifera lain yang berfungsi sebagai individu betina. Zigot yang terbentuk berkembang menjadi larva berflagel, yang kemudian berenang tersebar dari spons induk. Apabila mendapati media yang cocok, larva berkembang menjadi spons dewasa yang menempel pada media tersebut. [5]
Klasifikasi Filum Porifera (Hewan Berpori)
Filum Porifera dibagi ke dalam kelas-kelas, terutama berdasarkan komposisi rangkanya, yaitu:
- Calcarea (spons kapur), memiliki rangka yang terdiri atas spikula dari kalsit, salah satu bentuk dari kalsium karbonat (zat kapur).
- Hexactinellida (spons kaca), memiliki rangka yang terdiri atas spikula dari silika (zat kersik).
- Demospongiae, memiliki rangka yang terdiri atas spikula dari silika, atau serabut spongin, atau keduanya.
- Homoscleromorpha, merupakan kelas terbaru yang berdasarkan filogenetik untuk membedakan kelas ini dari Demospongiae.
Berikut ini adalah tabel perbandingan tiap kelas Porifera: [1]
Perbandingan Karakteristik Filum Porifera
NAMA KELAS | SPIKULA | SERABUT SPONGIN | EKSOSKELETON | SALURAN AIR |
---|---|---|---|---|
Calcarea | Kalsit | Tidak ada | Umumnya ada, terbuat dari kalsit | Askonoid, sikonoid, leukonoid |
Hexactinellida | Silika | Tidak ada | Tidak ada | Leukonoid |
Demospongiae | Silika | Ada pada banyak spesies | Ada pada sedikit spesies, terbuat dari aragonit | Leukonoid |
Homoscleromorpha | Silika | Ada pada banyak spesies | Tidak ada | Leukonoid |
Kutip materi pelajaran ini:
Kontributor Tentorku, 2016, https://www.tentorku.com/filum-porifera-hewan-berpori/ (diakses pada 21 Nov 2024).
Materi pelajaran ini bukan yang Anda butuhkan?
Anda bisa mengirimkan saran pada Tentorku di akun fb/twitter/google kami di @tentorku.
Topik dengan voting komentar terbanyak akan mendapatkan prioritas dibuatkan pembahasan.